KELOMPOK 4 PENDIDIKAN SOSIOLOGI REGULER 2007
CHRISTINA M
DIAN PUSPASARI
DWI PURWANINGSIH
FITRIANTI A
MEGIA MUGI L
M. AZDI
R. AJENG S
RAHMAT S
SITI QORI A
TRISNA A AYUMIKA
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat taufik dan hidayahNya sehingga kami dapat menyeleseikan tugas makalah PKL ini dengan baik. Penyusunan tugas makalah PKL ini merupakan salah satu persyaratan dalam mencapai nilai ujian akhir semester dalam mata kuliah sosiologi pedesaan.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut kami mengambil objek penelitian bertema Peran Agama dan Budaya dalam mendorong Kesejahteraan Masyarakat dengan judul Peranan Kebudayaan dalam Kehidupan Bermasyarakat Dusun Cikoredas RT 06 RW 08.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan serta belum mencapai kesempurnaan. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tak langsung sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada :
1. Drs.M.Zid,MSi selaku dosen mata kuliah sosiologi pedesaan
2. Orang tua yang telah memberi doa dan nasihat.
3. Teman-teman yang telah membantu memberikan saran untuk tugas ini.
4. Serta objek tempat penelitian yaitu dusun Cikoredas desa Sukatani, Sukabumi Jawa Barat
5. Dan responden-responden yang telah membantu kelancaran tugas makalah ini.
Untuk itu kami berharap agar makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Jakarta, 7 januari 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Kebudayaan adalah segala daya dan aktivitas manusia untuk mengelola dan mengubah alam. Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting yang ada dalam masyarakat. Kebudayaan yang ada dalam masyarakat tidak hanya satu. Prof. dr. koentjoroningrat menguraikan tentang 3 wujud kebudayaan, yaitu:
- Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari masyarakat.
- Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Adapun unsur kebudayaan yang bersifat universal yang dapat kita sebut sebagai isi pokok tiap kebudayaan di dunia ini, ialah:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup sehari-hari.
2. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi.
3. Sistem kemasyarakatan.
4. Bahasa, sebagai media komunikasi.
5. Ilmu pengetahuan
6. Kesenian
7. Sistem religi
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang telah cukup lama , dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk menuju pada tujuan yang sama.
Manusia menghasilkan kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa manusia. Manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat lagi dipisahkan dalam artinya yang utuh. Karena ketiga unsur tersebut kehidupan makhluk sosial dapat dapat berlangsung.
Masyarakat tidak dapat dipisahkan dari manusia, karena hanya manusia saja yang hidup bermasyarakat yaitu hidup bersama-sama dengan manusia lain dan saling memandang sebagai penanggung kewajiban dan hak . sebaliknya manusia pun tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dengan kata lain di mana orang hidup bermasyarakat, pasti akan timbul kebudayaan.
Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah di dalam bertindak dan bepikir, sehubungan dengan pengalaman-pengalaman yang fundamental, dari sebab itulah kebudayaan itu tidak dapat dilepaskan dengan induvidu dan masyarakat.
Dengan demikian, untuk memenuhi tugas praktek kerja lapangan sosiologi pedesaan, kelompok ini menyepakati untuk mengangkat wacana tentang kebudayaan yang ada dalam masyarakat, yang dikhususkan pada masyarakat dusun Cikoredas, desa Sukatani.
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari PKL ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji tentang kehidupan masyarakat di pedesaan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
- Untuk mengetahui kebudayaan asli dusun Cikoredas desa Sukatani.
- Mengetahui kebudayaan apa saja yang sudah membaur dengan kebudayaan lain (hasil akulturasi).
- Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan masyarakat sekitar mengenai pengupayaan pelestarian kebudayaan setempat.
I.3. Kegunaan dan Manfaat
- Memberikan pengetahuan pada kita tentang kehidupan di pedesaan.
- Pengetahuan yang diperoleh selama melakukan observasi dapat dijadikan acuan untuk perkuliahan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Sistem nilai budaya itu merupakan suatu rangaian dari konsepsi konsepsi abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat, mengenai apa yang harus dianggap remeh dan tak berharga dalam hidup. Dengan demikian, sistem nilai budaya itu juga berfungsi sebagai suatu pedoman juga sebagai pendorong kelakuan manusia dalam hidup, sehingga juga berfungsi sebagai suatu sitem tata kelakuan , malahan sebagai suatu sistem tata kelkuan yang tertinggi diantara yang lain, seperti hukum: adat, turan sopan santun dan sebagainya. Biasnya suatu sistem nilai budaya tertentu telah berkembang sejak lama, mencapai suatu kemantapan dan hidup langsung dari generasi ke generasi.
Sistem nilai budaya |
Pola-pola tindakan
Sumber : buku Sosiologi Pedesaan jilid 1 karangan Sajogyo dan Pudjiwati, penerbit :Yayasan OBOR Indonesia-Jakarta .hal.18
Dari gambaran tersebut maka menurut F.R kluckhon seorang ahli antropologi dan ahli sosiologi F.L Strodtbeck dapat meninjau sistem nilai budaya dengan kerangka yang ia buat dalam buku mereka variation in value orientatiaon (1961) dengan 5 pokok masalah yaitu :
1. Masalah mengenai hakikat dan sifat hidup manusia
2. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia
3. Masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dengan alam sekitarnya
4. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
5. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya
Masalah Hidup | Orientasi Nilai Budaya | ||
Hakekat dan sifat hidup | Hidup itu buruk | Hidup itu baik | Hidup itu buruk tetapi harus diperbaiki |
Hahekat karya | Karya itu untuk hidup | Karya itu untuk kedudukan | Karya itu untuk menambah karya |
Hakekat kedudukan manusia dalam ruang waktu | Masa lalu | Masa kini | Masa depan |
Hakekat hubungan manusia dengan alam | Tunduk terhadap alam | Mencari keselarasan dengan alam | Menguasai alam |
Hakekat hubungan manusia dengan manusia | Memandang ke tokoh-tokoh atasan | Mementingkan rasa ketergantungan kepada sesamanya(berjiwa gotong royong) | Mementingkan rasatak tergantung kepada sesamanya. (berjiwa individualis) |
Sumber : buku Sosiologi Pedesaan jilid 1 halaman.19
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat
- Kampung : Sukaati
- Desa : Sukatani
- Kecamatan : Parakan Salak
- Kabupaten : Sukabumi
Waktu
- Jumat – Minggu, 26-28 Desember 2008
3.2. Metode PKL
Deskriptif dengan pendekatan survei.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
- Data primer yang digunakan dalam penelitian makalah ini dengan wawancara kepada warga desa, tokoh agama.
- Data sekunder diperoleh studi pustaka yang terdiri dari buku pedoman mengenai Desa
3.4. Teknik Analisis Data
- Wawancara narasumber dibantu dengan menggunakan MP4
- Metode wawancara digunakan untuk pengumpulan data populasi dan sampel dari 45 KK, sebanyak 15 responden, 2 narasumber kunci.
- Pengambilan gambar menggunakan kamera digital
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran umum lokasi
4.1.1. Desa Sukatani dibatasi di sebelah utara terdapat desa Sukakersa,
Selatan : Desa gunung Endut
Barat : Kehutanan
Timur : Desa Bojong Galin
4.1.2.Kondisi geografis wilayah desa
Tinggi tempat dari permukaan laut : 700 m
Curah Hujan rata-rata Pertahun : 3467 mm
Keadaan suhu rata-rata : 23ºC
4.2. Pemerintahan
4.2.1 Data Pemerintahan desa / kelurahan
Penetapan Pelaksanaan UU no.5 tahun 1979
· Penetapan Kepala desa dilakukan dengan pemilihan
· Lembaga Musyawarah Desa memiliki fungsi
· LKMD memiliki fungsi
· Pemerintahan Desa/Kelurahan memiliki fungsi
4.2.2 Aparat Perangkat Pemerintahan Desa / Kelurahan
· Kepala Desa
· Sekretaris Desa/Kelurahan
· Kepala Urusan Pemerintahan
· Kepala Urusan Pembangunan
· Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat
· Kepala Urusan Keuangan
· Kepala Urusan Umum
· Kepala Urusan Dusun
· Dll
4.2.3 Prasarana dan Sarana Pemerintahan Desa/ Kelurahan
No. | Jenis Prasarana | Jumlah | Kondisi |
1. | Balai Desa/ kantor Kelurahan | 1 | Baik |
2. | Meja | 10 | Baik |
3. | Kursi | 60 | Baik |
4. | Mesin Ketik | 2 | Baik |
5. | Kalkulator | 1 | Rusak |
6. | Lemari Arsip | 4 | Rusak |
7. | Papan Pengujian Data | 2 | Rusak |
8. | Ruang Kepala Desa | 1 | Rusak |
9. | Ruang Sekretaris Desa | 1 | Rusak |
10. | Ruang LKMD | 1 | Rusak |
11. | Ruang LMD | - | - |
12. | Ruang PKK | 1 | Rusak |
13. | Ruang Rapat | 1 | Baik |
14. | Ruang Staf | 1 | Baik |
15. | Mushola & WC | 2 | Baik |
Sumber : data kepala desa Sukatani
4.3. Kependudukan
4.3.1 Profil Kepedesaan
Memiliki empat dusun yaitu Dusun Bojong Galin, Dusun Cileleuy, Dusun Cimundur, dan Dusun Cikoredas
Kependududkan berdasarkan jenis Kelamin
Laki-laki : 2859 orang
Perempuan : 2790 orang
Jumlah Penduduk : 5649 orang
Jumlah KK : 1600 KK
Kependududkan Berdasarkan Mata Pencaharian
4.4. Fasilitas umum dan sosial
Transportasi : ojek
Pendidikan : 2 SD
Beribadatan : masjid
Kesehatan : Posyandu
4.5. Deskripsi data responden
4.5.1. Umum KK
Nama Kepala Keluarga : Dudi Suhendang
Jumlah anggota Keluarga : 4 orang
Nama Istri : Onah Mulianah
4.5.2. Mata pencaharian dan penghasilan KK
Suami : Supir Pengangkut Pasir
Istri ; Penjahit bola
Penghasilan
Suami : Rp.100.000,00
Istri :
4.5.3. Pendidikan anggota KK
Suami : SD
Istri : SD
Anak I : kelas 1 SD
Anak II : keLas 1 Sekolah Desa
4.5.4. Kondisi ekonomi
4.6. Analisa kajian
4.6.1. Pembahasan
Bicara mengenai kebudayaan nasional, kita tidak bisa menghadirkan kenyataan bahwa berbagai pihak sedang mendiskusikannya dan belum tuntas. Setelah kita mempelajari perkembangan kebudayaan Indonesia sebagaimana telah terpapar dimuka, nampak jelas betapa heterogenitas bangsa indonesia ini. Berbagai macam ras yang berdatangan, gelombang demi gelombang yang melanda nusantara disepanjang sejarahnya, diikuti pula dengan pencampurbauran darah antara mereka dan penduduk setempat, makin mementapkan keragaman manusia indonesia sebagai pendukung budayanya.
Lingkungan alam dimana manusia indonesia itu hidup juga beraneka ragam. Dengan demikian, faktor manusia dan tempat yang beragam itu jelas menentukan bentuk budaya yang beragam pula. Jadi secara singkjat dapat dikatakan bahwa, didalam keberbedaan itulah suku-suku bangsa indonesia membudaya.
4.6.1.1.Sistem religi
Agama dalam pengertian “Addien”, sumbernya adalah wahyu dari Tuhan. Sedang kebudayaan sumbernya dari manusia. Jadi agama tidak dapat dimasukkan kedalam lingkungan kebudayaan selama manusia berpendapat bahwa Tuhan tidak dapat dimasukkan kedalam hasil cipta manusia. Alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan, dengan demikian agama dapat turut mempengaruhi terciptanya kebudayaan, sedang kebudayaan tidak dapat menciptakan kebudayaan.
Memang di semua suku di Indonesia dari masa purba hingga sekarang tidak bisa terlepas dari pemujaan terhadap roh nenek moyang, walaupun sudah mengalami gempuran pengaruh Hindu-Islam dan Barat. Itu merupakan ciri khas bengsa di mana semua suku baik secara terbuka dan murni, maupun telah dikombinir dengan unsur-unsur budaya pendatang itu. Pemujaan terhadap roh nenek moyang adlah cri khas bangsa Indonesia.
Seperti yang kita amati pada masyarakat dusun Cikoredas, desa Sukatani. Agama yang ada dalam masyarakat tersebut, kini tidak lagi dipengaruhi oleh agama budaya, seperti animisme, dinamisme, naturalisme. Meskipun dahulu masyarakat dusun Cikoredas sempat mengenal agama budaya tersebut, namun agama budaya tersebut luntur akibat proses masuknya agama Islam ke dusun ini. “Kebudayaan sudah punah, tradisi yang digunakan Dipakai tradisi islam”, jelas ketua RT 06 dusun Cikoredas, Asep Sunarya. Namun hal ini berbenturan dengan keadaan yang sesungguhnya di dusun cikoredas berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa narasumber, masyarakat dusun cikoredas masih ada yang mempertahankan bebeapa kebudayaan yang sudah ada sejak dulu. Seperti, Mahinum (upacara potong rambut bayi setelah berumur 40 hari), upacara setelah panen (mengelar pengajian bersama), acara pengajian untuk orang meninggal yang dilakukan selama 40 hari berturut-turut.
1.Keagamaan
Kepercayaan yang berasal dari keyakinan keagamaan yang resmi dari masyarakat setempat.
2.Magis
Kepercayaan yang berasal dari pemikiran gaib diluar kepercayaan agama yang utama dan resmi dari masyarakat setempat.
3.Medis
Kepercayaan mengenai sifat tubuh manusia dan penyakit badani yang tidak berasal dari praduga gaib.
4.Fatalisme Realistis (ketergantungan pada nasib)
Sikap masa bodo yang disebabkan oleh keadaan dulu atau sekarang yang menghalangi kemungkinan peningkatan diri.
5.Penolakan terhadap Rencana Pembaharuan.
Sikap tak acuh terhadap pembaharuan yang disebabkan oleh kegagalan proyek sebelumnya
4.6.1.2.Bahasa
Bahasa merupakan salah satu unsur yang penting dalam berinteraksi juga dalam proses transformasi nilai-nilai kebudayaan. Dengan bahasa masyarakat dapat berkomunikasi. Dalam berinteraksi warga dusun Cikoredas masih menggunakan bahasa daerah mereka, yaitu bahasa Sunda, yang terdiri dari 2 bagian, bahasa sunda halus dan bahasa sunda kasar. Dalam pelestarian bahasa daerah tersebut tergantung pada cara mendidik yang diterapkan dalam kehidupan sehar-hari. Salah satunya, pendidikan bahasa sunda di Sekolah Dasar setempat. Namun semua itu tergantung pada tingkat kesadaran masyarakat dalam melestarikan bahasa Sunda tersebut, karena seiring perkembangan jaman berkembang pula bahasa-bahasa modern yang bisa melunturkan bahasa asli (daerah).
Selain sebagai alat berkomunikasi, bahasa juga digunakan dalam penanaman nilai-nilai budaya, yang biasanya melalui lagu dan cerita-cerita rakyat. Biasanya, dalam lagu khas daerah dan cerita rakyat terkandung pesan-pasan moral. Namun, saat ini lagu dan cerita rakyat khas daeran dusn cikoredas hampir punah. Bahkan berdasarkan hasil wawancara kami dengan beberapa warga setempat, sebagian dari mereka hampir tidak ada yang mengenal lagu dan cerita-cerita rakyat di masa lalu. Hal ini dilatarbelakangi oleh perkembangan jaman. Masyarakat lebih tertarik mendengarkan lagu-lagu modern yang kebanyakkan bercerita tentang cinta, ketimbang mendengarkan lagu-lagu rakyat yang menyapaikan nilai-nilai dan bercerita tentang kebudayaan setempat.
4.6.1.3.Sistem mata pencaharian dan perekonomian
Dusun cikoredas terletak di area perkebunan, hal ini melatarbelakangi mata pencaharian mereka. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai buruh pemetik teh. Mereka bekerja sejak pukul 07.00 WIB sampai dengan jam 12.00 WIB dengan gaji Rp. 5000,- perhari, selebihnya mereka mengelola kebun yang ada disekitar rumah mereka, kebun tersebut mereka tanami dengan berbagai macam buah dan sayuran, yang hasilnya mereka gunakan untuk menutupi keperluan sehari-hari. Berkebun telah menjadi kebiasaan bagi mereka, dan bukan hal yang tidak mungkin jika kegiatan berkebun ini menjadi kebudayaan masyarakat setempat. Meskipun waktu mereka dihabiskan untuk bekerja namun itu tidak berpengaruh terhadap pola interaksi dalam bermasyarakat.
4.6.1.4.Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan menjadi faktor yang sangat penting. Karena ilmu pengetahuan menjadi faktor penentu seseorang untuk mencapai mobilitas sosial. Dengan ilmu pengetahuan sesuatu akan berkembang menjadi lebih maju. Seperti ilmu pengetahuan di bidang pertanian, ini akan menimbulkan dampak modernisasi di bidang pertanian. Dalam bentuk mekanisasi, akan membawa perubahan pada masyarakat desa. Alat mesin pertanian akan mengganti peranan hewan lembu dan alat-alat tradisional (misalnya: bajak, pacul,sabit). Ilmu pengetahuan selain membawa keuntungan, sesungguhnya juga membawa kerugian. Sikap gotong royong menjadi terhambat bahkan luntur dan menghilangkan berbagai macam upacara tradisional, misalnya: bersih desa, Dewi Sri, Selamatan dan sebagainya. Dengan faktor tersebut terjadi pengangguran dan goncangan dalam masyarkat. Ilmu pengetahuan menjadikan sesuatu yang tradisional menjadi lebih modern.
Meskipun ilmu pengetahuan merupakan hal yang penting, namun masyarakat dusun cikoredas kurang memiliki ilmu pengetahuan yang sesungguhnya sangat penting untuk kemajuan dusunnya. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan mereka yang rendah dan akses untuk memperoleh pengetahuan yang susah di jangkau oleh masyarakat dusun cikoredas. Oleh karena itu, tingkat mobilitas di dusun tersebut sangat rendah.
4.6.1.5.Kesenian
Masyarakat dusun cikoredas masih mempertahankan kesenian degungan (alat musik tradisional). Sampai saat ini kesenian tersebut masih diperkenalkan di sekolah.
4.6.1.6.Peralatan dan perlengkapan hidup sehari-hari
Sampai saat ini masyarakat dusun cikoredas masih menggunakan peralatan yang tradisional. Untuk alat-alat bertani atau berkebun dan peralatan memasak kebanyakan dari masyarakat masih menggunakan peralatan yang tradisional.
4.6.1.7.Sistem kemasyarakatan
Masyarakat di sini menganut sistem kekerabatan bilateral, baik dari garis bapak maupun ibu. Sistem perkawinan masyarakat di sini, yaitu upacara adat yang bercampur dengan unsur agama islam, diantaranya:
2.1.7.1.Keluarga batih (terdiri dari suami, istri dan anak-anak)
2.1.7.2.Matrilokal (sesudah menikah masih tetap tinggal dalam satu rumah dengan orang tua)
2.1.7.3.Dufur, baraya, deukeut, baraya jauh (sekelompok kerabat yang masih sadar akan kekerabatannya)
2.1.7.4.Bondoroyot (diorientasikan oleh seorang ego kepada nenek moyangnya yang jauh di masa lampau)
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasaran paparan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan hasil ciptaan dari masyarakat. Seperti kebudayaan yang ada di dusun cikoredas. Sungguh disayangkan, masyarakat banyak yang tidak tahu tentang kebudayaannya sendiri. Padahal kebudayaan yang terbentuk di dusun tersebut diciptakan oleh masyarakatnya sendiri. Meskipun ada beberapa kebudayaan asli yang telah hilang, namun masih ada sedikit kebudayaan setempat yang tersisa dan masih dilestarikan.
Tingkat pengetahuan yang berkembang secara lamban di dusun ini, ternyata tidak berpengaruh terhadap bertahannya kebudayaan. Ilmu pengetahuan yang rendah, tidak lantaran membuat kebudayaan di dusun ini awet. Jadi, lunturnya kebudayaan bukan karena perkembangan ilmu pengetahuan, namun lebih kepada masyarakatnya yang kurang sadar akan keberadaan budaya yang semestinya dilestarikan, supaya dapat dijadikan identitas dusun ini.
5.1.2.Saran
Kaberagaman definisi “kebudayaan” mungkin menjadi salah satu penyebab lunturnya kebudayaan itu sendiri. Keberagaman definisi tersebut tampaknya sudah menjadi nasib dari kata yang melambangkan pengertian abstrak. Maka sebaiknya, dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pengertian kebudayaan yang sesungguhnya dan peran dari kebudayaan itu sendiri dalam masyarakat. Kebudayaan adalah sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia, maka seharusnya kita bisa mencari unsur-unsur budaya yang telah luntur.
Daftar Pustaka
Harwantiyoko, Katuuk.F.Neltje. Ilmu Sosial Dasar, Gunadarma, Jakarta 1996.
Karto, Hardikoesoemo. Desa.Balai Pustaka 1984
Prasety, Try. Ilmu Budaya Dasar. Rineka Cipta,Jakarta 1991
Sajogyo, Pudjiwati Dan Sajogyo. Sosiologi Pedesaan jilid 1. UGM. Yogyakarta 1991